Pendidikan dan Budaya

Festival Sawala Jangjawokan

Minggu, 09 November 2014 07:36 WIB Redaksi 801
Festival Sawala Jangjawokan

Mangunjaya - Pemerintah Kabupaten Pangandaran yang berikon sebagai Kabupaten Pariwisata melalui Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga terus berupaya menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk mendongkrak potensi wisata yang merupakan peninggalan-peninggalan leluhur sejak ja,an nenek moyang terdahulu dengan melaksanakan Festival Sawala Jangjawokan dan Pameran Batu Akik di Desa Kertajaya Kecamatan Mangunjaya.Rabu,(5/11/2014).
Dalam kesempatan ini Penjabat Bupati disuguhi tontonan kesenian tradisional kuda lumping "Turonggo Mudo",penampilan Sintren dan tari Baladewaan begitu juga kontes batu akik yang merupakan ciri khas dari sejak jaman dahulu.
Penjabat Bupati Pangandaran Endjang Naffandy dalam sambutannya mengatakan dirinya sangat mendukung dengan kegiatan ini karena merupakan peninggalan nenek moyang terdahulu,dengan kegiatan seperti ini dirinya akan terus mencoba untuk penataan seni tradisional jaman dahulu.
"Kita ingin terus kesenaian tradisi ini tergali dan akan mencoba berkordinasi dengan pihak provinsi,kesenian ini semoga bisa mendongkrak wisata yang mendunia,"ungkapnya.
Menurutnya dalam rangka membangun Kabupaten Pariwisata akan membuat paket-paket wisata,publikasi dan sosialisasi.
"Kami juga ingin tradisi seni dan budaya yang ada disini bisa digelarkan secara priodik diharapkan kepada seniman budayawan terus berkiprah menggali potensi yang sudah ada pada jaman terdahulu,"tutur Endjang.
Jumasih (45) salah satu warga dari Dusun Bantarloa Rt 01/01 Desa Kertajaya sangat bangga bisa kembali menyaksikan kesenian atau budaya Sintren pasalnya sudah 15 tahun baru bisa melihat kembali.
"Sintren ini sudah hampir punah kalah oleh music modern seperti sekarang ini terutama bila ada hajatan warga dulu selalu ditampilkan,"ungkapnya.
Menurutnya kata orang tua terdahulu syaratnya untuk menjadi Sintren harus masih perawan karena kalau bukan gadis tidak bisa merias didalam kurungan yang tertutup.
"Dulu sintren ini dimasukan ke dalam kurungan yang tertutup oleh kain dan orangnya diikat pakai tali lalu begitu dibuka sudah berubah pakaiannya,padahal pertamanya diikat kedua tangannya,"tutur Jumasih.
Wakil ketua rombongan seni tari Baladewaan Dedi (58) mengatakan jaman dahulu kala kisah ini sangat perlu dibudayakan karena menggambarkan perjuangan,saat sedang mencari pakaian bahwa untuk menyebarkan agama islam pada jaman dahulu melalui seni budaya.
"Katanya sih untuk persyaratan masuk belajar seni dahulu harus membaca sholawat,dan ini sudah ada sejak jaman sunan Kali Jaga dalam menyebarkan agama islam,"katanya.
Hal sama dikatakan Karwanto (65) menambahkan sejarah Sintren untuk meneruskan seni tradisional dulu untuk dilestarikan berupa budaya jawa kuna yang sekarang hamper punah karena terkalahkan oleh jaman modern.
"Sintren sipenari waktu jaman dahulu bisa pakaiannya berubah setelah keluar kurungan karena didalam dirias oleh widadari,"tambah Karwanto.
Dirinya mengharapkan Pemerintah Kabupaten Pangandaran mendukung dan membantu melestarikan kesenian ini,jangan sampai hilang atau punah begitu saja.
"Sejak bujangan pernah ikut ketoprak bersama istrinya,selanjutnya membuat group ini dan setiap malam minggu rutin latihan,"ungkapnya.
Kepala Bidang Pemuda dan Olah Raga Dr Erik mengatakan festival jangjawokan ini merupakan cara-cara melaksanakan kegiatan warga pada jaman dahulu agar warga masyarakat bisa menjadi termotifasi untuk melestarikannya.
"Batu akik banyak potensi yang ada di Pangandaran sebagai ciri khas sehingga masyarakat bisa mengembangkannya dengan menggali potensi lokal yang ada,sudah 9 Kecamatan dilaksankan kegiatan dengan acara yang berbeda-beda tapi menampilkan ciri khas daerahnya masing-masing,"katanya.



Scroll to Top