Ragam

Ritual “Miangkeun Binih Pare” Isi Momentum

Kamis, 13 Desember 2012 08:10 WIB Redaksi 805
Ritual “Miangkeun Binih Pare” Isi Momentum

SITURAJA, (PB).-
Mengisi momentum sak­ral 12-12-12 Padepok­an Seni Sunda Mekar Si­tu­raja menggelar ritual bu­hun "Miangkeun Binih Pare", yaitu sebuah simbol dimulainya memasuki musim tanam padi oleh pa­ra petani. Dalam acara itu dipentaskan juga ber­ba­gai rentetan ritual se­perti guar tumpeng dan nge­yong binih oleh para seniman dan budayawan Situraja.
Menurut Panitia, Iwan Gunawan, S.Sn, acara ter­sebut merupakan pengenalan kembali sejarah me­tode menanam padi di za­man dulu, sehingga ma­sya­rakat sekarang bisa mengambil hikmah dan esensinya.
"Nilai filosofis yang ter­kandung dari acara ini be­gitu tinggi, di mana orang tua kita dulu bagaimana me­nanam padi sebagai ke­butuhan pokok dengan cara yang sederhana, na­mun padi dulu bisa tumbuh dengan steril karena tidak menggunakan pu­puk-pupuk modern yang justru bisa berdampak yang tidak bagus bagi ki­ta," terangnya.
Metode yang disampai­kan, dalam acara itu, sambung Iwan, adalah meng­a­jak para petani untuk menanam padi tanpa pu­puk non-organik.
"Dulu petani hanya meng­gunakan pupuk kandang atau daun-daunan," imbuhnya.
Dalam acara itu juga di­sampaikan bagaimana ki­ta memperlakukan padi yang sudah menjadi nasi. Menurut Iwan, nasi yang ber­asal dari padi itu, ha­rus benar-benar dihargai, jangan sampai terbuang sebiji pun.
"Nilainya kita harus be­nar-benar menjaga sesuatu yang berharga, jangan sampai sesuatu yang ber­harga disia-siakan, seperti yang tejadi pada zaman se­karang," ungkapnya.
Digelarnya acara tersebut, menurut tokoh buda­ya Situraja lainnya, Niko Asmara Sukarso, merupakan momentum meng­i­si sakralitas 12-12-12, se­hingga bertepatan dengan itu ada sesuatu yang di­la­kukan oleh masyarakat un­tuk dijadikan titik awal suatu agenda.
"Kita lebih memilih me­ng­adakan ritual dengan tema miangkeun binih pa­re, karena kita sadar bah­wa petani adalah sosok penting dalam kehidup­an," ujarnya.
Dalam pelaksanaanya, kata Niko, para seniman dan budayawan mengemas dalam rangkaian aca­ra budaya, dan ritual itu memang sering dilakukan oleh karuhun kita tempo dulu.
"Semua hasil diskusi, dan momen ini juga me­mang bertepatan dengan tanggal yang bagus, awal yang bagus akan menghasilkan pekerjaan yang bagus," ungkapnya.
Dalam Acara itu hadir ja­jaran Batalyon Infantri (Yonif) 301 Prabu Kian Santang (PKS) yang memberikan ribuan bibit po­hon untuk ditanam oleh pe­tani.
SUMBER:http://www.kabar-priangan.com/news/detail/7341



Scroll to Top