Ragam

Siaga Gunung Slamet 2014

Jum'at, 02 Mei 2014 07:20 WIB Redaksi 562
Siaga Gunung Slamet 2014

Gunung Slamet sebenarnya tidak memiliki sejarah letusan besar. Aktivitas yang paling sering muncul biasanya kegempaan, atau kalau meletus berupa letusan kecil seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. Letusan umumnya berupa semburan abu vulkanik berwarna hitam pekat, kendati beberapa kali diwarnai pula dengan semburan lava pijar. Berikut ini sejarah letusan Gunung Slamet, sejak teridentifikasi untuk pertama kali tahun 1772 hingga terakhir 2009, dan kembali beraktifitas

Gunung Slamet (3.428 m) merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah, dan tertinggi kedua di Jawa setelah Semeru (3.676 m). Sama seperti sebagian besar gunung di Indonesia, Gunung Slamet secara administratif berada di lima kabupaten, yaitu Banyumas, Purbalingga, Tegal, Brebes, dan Pemalang.

Kalau Anda berwisata ke Baturraden (Banyumas), wilayah itu sebenarnya merupakan salah satu kaki Gunung Slamet. Ketika Anda pelesir ke Pemandian Air Panas Guci, Kabupaten Tegal, objek wisata ini pun berada di kaki gunung yang sama.

Begitu pula jika Anda rehat di kawasan wisata Moga, Kabupaten Pemalang, serta Perkebunan Teh Kaligua, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Semuanya berada di kaki Gunung Slamet. Boleh dibilang, Gunung Slamet sudah berabad-abad lamanya memberi kehidupan bagi warga di kaki gunung tersebut, pada lima kabupaten sekaligus. Dan, pada era modern, Gunung Slamet juga sangat membantu menumbuhkan industri wisata di daerah-daerah yang mengelilinginya. Gunung Slamet memiliki ketinggian  dpl dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level SIAGA 29 Juni 2009 yang lalu.

Gunung Slamet pertama kali meletus pada tanggal 11 – 12 Agustus 1772. Namun setelah itu, hampir setengah abad, Gunung Slamet terdiam cukup lama, sampai akhirnya meletus untuk kedua kalinya pada Oktober 1825. Ketika itu, gunung meletus dengan menyemburkan abu vulkanik. Gunung Slamet yang merupakan gunung api tipe A pernah mengalami letusan lumayan hebat pada 1988, ditandai dengan keluarnya abu vulkanik dan lava pijar dari kawah gunung. Namun tetap tidak bisa dibandingkan dengan letusan Merapi dan Kelud yang dahsyat.


Aktivitas vulkanik gunung ini memang tidak menentu. Terkadang dalam setahun bisa beberapa kali menggeliat, namun dalam waktu lama seperti “tertidur”.

Status Gunung Slamet ditingkatkan menjadi siaga sejak Rabu, 30 April 2014. Aktivitas gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah ini terus meningkat. Sejak pukul 06.00-12.00 WIB, gunung ini mengeluarkan delapan kali letusan asap. Ketinggian asap berwarna cokelat pekat itu 400-800 meter. Asap tersebut terbawa angin ke arah barat.


"Warga dilarang beraktivitas di kawasan berjarak 4 kilometer dari puncak," kata pengamat gunung api di Pos Pengamatan Gunung Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sukedi.

Aktivitas kegempaan gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu juga masih fluktuatif. Dari pukul 06.00 sampai 12.00 WIB, seismograf di pos pengamatan yang berjarak 10 kilometer dari puncak itu mencatat 34 kali gempa letusan dan 94 kali gempa embusan.

Data yang dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) PVMBG menaikkan status Gunung Slamet dari waspada (satu level di atas normal) menjadi siaga pada Rabu pukul 10.00 WIB.

Bertambah tingginya status itu lantaran aktivitas Gunung Slamet terpantau terus meningkat dalam beberapa hari terakhir. Pada Rabu pukul 00.00-06.00 WIB terjadi 30 kali gempa letusan dan 67 kali gempa embusan asap. Ketinggian asapnya 150-700 meter.

 

Sumber : www.simomot.com & www.tempo.co



Scroll to Top