Parigi - Kabupaten Pangandaran dan masyarakatnya patut merasa bangga, pasalnya dua dari ratusan guru yang mengajar di Kabupaten Pangandaran meraih penghargaan dari Gubernur Jabar, Kamis, (7/8/2014) di Gedung Sate Bandung.
Penghargaan ini bukan penghargaan sepele. Dua guru itu yakni Kusdianto seorang guru di SDN 1 Ciparakan kecamatan Kalipucang dan Ny. Iik Atikah seorang guru SDN 6 Selasari Kecamatan Parigi, dinobatkan sebagai guru Terdedikasi Daerah Terpencil.
Kusdianto, dinilai Pemprov Jabar dan Gubernur Ahmad Heriawan layak menjadi guru laki-laki berpengabdian luar biasa atau Terdedikasi Daerah Terpencil ketiga diantara jutaan guru yang ada di Pemprov Jawa Barat. Sedangkan Ny. Iik Atikah dinilai sangat layak dinobatkan mendapatkan penghargaan guru Wanita Terdedikasi Daerah Terpencil kedua.
Atas prestasi dua guru yang mengabdikan sangat luar biasa ini, Pj. Bupati Pangandaran H. Endjang Naffandy dan Plt. Kadisdikbudpora Kab. Pangandaran H. Nana Ruhena mengaku bangga.
Usai menerima kedua guru luar biasa ini, Endjang Naffandy mengatakan, prestasi yang telah dicapai tersebut merupakan kebanggaan bagi Kabupaten Pangandaran. Apalagi usia DOB Kab. Pangandaran ini baru berusia "balita", yakni 1,5 tahun.
"Saya atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Kab. Pangandaran bangga dengan prestasi bapak dan ibu guru ini. Ke depan kita akan perhatikan dan prioritaskan untuk guru yang mengajar di daerah terpencil dengan tunjangan yang dialokasikan dari APBD," kata Endjang dengan nada serius.
Endjang pun berharap kegigihan guru yang melakukan pengabdian mengajar seperti yang dilakukan oleh Ny. Iik Atikah dan Kusdianto diharapkan menjadi contoh bagi guru yang lain yang bertugas di daerah perkotaan.
Hal sama disampaikan Plt. Kadisdikbudpora Kabupaten Pangandaran H. Nana Ruhena. Meski dengan fasilitas yang serba kekurangan dan perjalanan menuju tempat mengajar yang menantang, tetapi tetap bersemangat mecerdaskan kehidupan generasi bangsa.
"Mereka patut kita hargai karena mampu bertahan dan mempunyai tanggung jawab tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar walaupun harus melalui daerah terpencil dan fasilitas kelas yang sangat memprihatinkan,"ujar Nana.
Di tempat sama, Kusdianto peraih juara ketiga Guru Terdedikasi putra mengatakan, selama dirinya mengajar di SDN 1 Ciparakan harus menempuh jarak tempuh dua jam dari rumahnya. tidak hanya jarak yang jauh, tetapi Ia harus melewati jalan hutan dan perkampungan yang panjang serta berliku.
"Hal itu kami lakukan selama kurang lebih tujuh tahun. Selain itu kami juga harus bisa memanfaatkan barang-barang yang berasal dari alam seperti menggunakan batu kerikil sebagai alat menghitung bagi para siswa," kata Kusdianto.
Namun kondisi seperti itu akunya bukan menjadi penghalang semangatnya untuk mengabdikan diri memberi ilmu pelajaran kepada murid-murid.
Justeru Ia mengaku bangga dan tertantang, karena tugas yang diemban sebagai pendidik yang ingin mencerdaskan nasib anak bangsa.
Ny. Iik Atikah peraih juara kedua Guru Terdedikasi putri menambahkan, meraih penghargaan bukan tujuan utama baginya. Ia hanya ingin mengabdikan diri atas tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik yang kebetulan berada sangat jauh dari pusat kota yang serba lengkap.
Oleh karena itu, dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), dirinya menggunakan metode alami dengan menggunakan ranting pohon untuk mempraktekan metode mata ajar di kelasnya.
"Kalau kondisi siswa yang berada di perkotaan bisa menghitung menggunakan sempoa atau terlam, tetapi kami yang berada di daerah terpencil menerapkan pengajaran dengan menggunakan metode pendekatan alam seperti menghitung buah-buahan yang tumbuh di salah satu pohon," kata Iik.
Dikisahkan Iik, selama lima tahun dirinya mengabdikan diri di SDN 6 Selasari, untuk menuju ke sekolah harus menghabiskan waktu kurang lebih satu jam setengah karena jarak tempuh yang sangat jauh dan kondisi geografis jalan menuju lokasi yang tidak bersahabat bagi kebanyakan guru yang sudah nyaman mengajar di kota.
"Kalau dari rumah menuju ke sekolah kami menggunakan motor, tetapi setelahnya tiba di lokasi, kami harus menitip motor dan berjalan kaki ke sekolah menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam,"kata Iik.
Diakui Iik, dirinya melakukan hal itu dengan penuh ketulusan, sehingga tidak pernah mengeluh dalam mengamalkan ilmunya sebagai pendidik.
Sumber : HU Kabar Priangan