Berita Pangandaran

Guru Terpencil Dapat Penghargaan Gubernur Jabar

Sabtu, 09 Agustus 2014 05:28 WIB Redaksi 484
Guru Terpencil Dapat Penghargaan Gubernur Jabar

Parigi - Kabupaten Pangandaran dan masyarakatnya patut merasa bangga, pasalnya dua dari ratusan guru yang mengajar di Kabupaten Pangandaran meraih penghargaan dari Gubernur Jabar, Kamis, (7/8/2014) di Gedung Sate Bandung.
Penghargaan ini bukan penghargaan sepele. Dua guru itu yakni Kusdianto seorang guru di SDN 1 Ciparakan kecamatan Kalipucang dan Ny. Iik Atikah seorang guru SDN 6 Selasari Kecamatan Parigi, dinobatkan sebagai guru Terdedikasi Dae­rah Terpencil.
Kusdianto, dinilai Pemprov Jabar dan Gubernur Ahmad Heriawan layak menjadi guru laki-laki berpengabdian luar biasa atau Terdedikasi Daerah Terpencil ketiga diantara jutaan guru yang ada di Pemprov Jawa Barat. Sedangkan Ny. Iik Atikah dinilai sangat layak dinobatkan mendapatkan penghargaan guru Wanita Terde­dikasi Daerah Terpencil kedua.
Atas prestasi dua guru yang mengabdikan sangat luar biasa ini, Pj. Bupati Pangandaran H. Endjang Naffandy dan Plt. Kadisdikbudpora Kab. Pangan­daran H. Nana Ruhena mengaku bangga.
Usai menerima kedua guru luar biasa ini, Endjang Naffan­dy mengatakan, prestasi yang telah dicapai tersebut merupakan kebanggaan bagi Kabu­paten Pangandaran. Apalagi usia DOB Kab. Pangan­daran ini baru berusia "balita", yakni 1,5 tahun.
"Saya atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Kab. Pa­ngandaran bangga dengan pres­tasi bapak dan ibu guru ini. Ke depan kita akan perhatikan dan prioritaskan untuk guru yang mengajar di daerah terpencil dengan tunjangan yang dialokasikan dari APBD," kata Endjang dengan nada serius.
Endjang pun berharap kegi­gihan guru yang melakukan pengabdian mengajar seperti yang dilakukan oleh Ny. Iik Ati­kah dan Kusdianto diharapkan menjadi contoh bagi guru yang lain yang bertugas di daerah perkotaan.
Hal sama disampaikan Plt. Kadisdikbudpora Kabupaten Pangandaran H. Nana Ruhena. Mes­ki dengan fasilitas yang serba kekurangan dan perja­la­nan menuju tempat mengajar yang menantang, tetapi tetap bersemangat mecerdas­kan kehidupan generasi bang­s­a.
"Mereka patut kita hargai karena mampu bertahan dan mempunyai tanggung jawab tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar walau­pun harus melalui daerah terpencil dan fasilitas kelas yang sangat memprihatinkan,"ujar Nana.
Di tempat sama, Kusdianto peraih juara ketiga Guru Ter­dedikasi putra mengatakan, selama dirinya mengajar di SDN 1 Ciparakan harus menempuh jarak tempuh dua jam dari rumahnya. tidak hanya jarak yang jauh, tetapi Ia harus melewati jalan hutan dan perkampungan yang panjang serta berliku.
"Hal itu kami lakukan selama kurang lebih tujuh tahun. Selain itu kami juga harus bisa memanfaatkan barang-barang yang berasal dari alam seperti menggunakan batu kerikil sebagai alat menghitung bagi para siswa," kata Kusdianto.
Namun kondisi seperti itu akunya bukan menjadi penghalang semangatnya untuk mengabdikan diri memberi ilmu pelajaran kepada murid-murid.
Justeru Ia mengaku bangga dan tertantang, karena tugas yang diemban sebagai pendidik yang ingin mencerdaskan nasib anak bangsa.
Ny. Iik Atikah peraih juara kedua Guru Terdedikasi putri menambahkan, meraih penghargaan bukan tujuan utama baginya. Ia hanya ingin me­ngab­dikan diri atas tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik yang kebetulan berada sangat jauh dari pusat kota yang serba lengkap.
Oleh karena itu, dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), dirinya menggunakan metode alami dengan menggunakan ranting pohon untuk mempraktekan metode mata ajar di kelasnya.
"Kalau kondisi siswa yang berada di perkotaan bisa meng­hitung menggunakan sempoa atau terlam, tetapi kami yang berada di daerah terpencil me­ne­­rapkan pengajaran dengan menggunakan metode pendekatan alam seperti menghitung buah-buahan yang tumbuh di salah satu pohon," kata Iik.
Dikisahkan Iik, selama lima tahun dirinya mengabdikan diri di SDN 6 Selasari, untuk menuju ke sekolah harus menghabiskan waktu kurang lebih satu jam setengah karena jarak tempuh yang sangat jauh dan kondisi geografis jalan menuju lokasi yang tidak bersahabat bagi kebanyakan guru yang su­dah nyaman mengajar di kota.
"Kalau dari rumah menuju ke sekolah kami menggunakan motor, tetapi setelahnya tiba di lokasi, kami harus menitip motor dan berjalan kaki ke sekolah menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam,"kata Iik.
Diakui Iik, dirinya mela­kukan hal itu dengan penuh ketulusan, sehingga tidak pernah mengeluh dalam mengamalkan ilmunya sebagai pen­didik.

Sumber : HU Kabar Priangan


Berita Terkait

<!DOCTYPE Html><html Lang=Just A Moment...
" class="img-fluid">

Just A Moment...

Berita Pangandaran Rabu, 15 Mei 2024
<!DOCTYPE Html><html Lang=Just A Moment...
" class="img-fluid">

Just A Moment...

Berita Pangandaran Rabu, 15 Mei 2024

Scroll to Top