Cianjur - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jawa Barat, tengah melakukan pendataan kerusakan akibat gempa bumi berkekuatan 6,5 SR di Garut yang dirasakan cukup kuat di Cianjur. Pada hari Minggu, Kepala BPBD Cianjur Asep Sukma Wijaya mengatakan bahwa gempa yang dirasakan cukup kuat pada hari Sabtu (27/4) merata di seluruh Cianjur, dengan laporan sementara ada retakan dan genteng jatuh di lebih dari 25 rumah, terutama di wilayah selatan. Dia menyatakan bahwa ada. "Petugas telah diterjunkan ke seluruh wilayah untuk mendokumentasikan dampak gempa yang dirasakan pada Sabtu malam, termasuk berkoordinasi dengan aparat kecamatan dan desa. Kami juga telah menerima laporan tentang kerusakan bangunan sekolah di Kecamatan Sindambaran".
Selain kerusakan rumah dan fasilitas umum, kami juga telah menerima laporan adanya pemadaman listrik akibat tiang listrik yang roboh di Kecamatan Sukanagara.

Dia mengkonfirmasi bahwa tidak ada korban jiwa akibat gempa tersebut, namun sebagian besar warga tetap berada di luar rumah selama lebih dari satu jam di setiap daerah karena takut akan gempa susulan akibat trauma yang masih membekas akibat gempa Cianjur tahun 2022.

"Belum ada laporan korban jiwa, hanya retakan pada tembok dan pecahan kaca yang mendominasi, namun kami menunggu laporan lengkap dari petugas yang sedang melakukan pendataan. Seperti yang diberitakan, gempa berkekuatan 6,5 SR yang terjadi terutama di Garut pada hari Sabtu (27/4) dirasakan oleh warga di banyak daerah, termasuk Cianjur, dan gempa yang terjadi pada malam hari tersebut membuat warga berhamburan keluar rumah karena merasakan getaran yang cukup kuat. Sebagian besar warga yang masih terguncang oleh trauma gempa bumi dua tahun lalu, tetap berada di luar rumah hingga tengah malam, karena takut gempa susulan akan terjadi lagi, menyebabkan kerusakan dan mengancam keselamatan mereka. "Gempanya cukup kuat dan cukup lama, jadi kami memutuskan untuk tetap berada di luar rumah karena takut terjadi gempa susulan. Gempa Cianjur sudah berlalu dua tahun lalu dan kami masih trauma," ujar Syachru Wirahma, warga Desa Naglak.